Sabtu, 23 November 2013

Manajement By Objective (MBO)

Pengertian Management By Objective

Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran. Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practive Of Management pada tahun 1954. Sejak itu MBO telah muncul banyak pembahasan, evaluasi dan riset. Banyak program jenis MBO telah dikembangkan, termasuk manajemen berdasarkan hasil, manajemen sasaran, perencanaan dan peninjauan kembali pekerjaan, sasaran dan pengendalian dan lain-lainnya.  

Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan) Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. (Sondang P. Siahaan: 2004: 362).

Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan.


Management By Objective (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja sama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dan bentuk sasaran yang dapat diukur dan diharapkan dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian msing-masing anggota.

Gagasan dasar MBO adalah bahwa merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manager dan para anggota pada setiap tingkat organisasi. Dengan pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan. MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan.


Tahap-tahap Pelaksanaan MBO

  1. Tahap persiapan, yaitu tahap menyiapkan dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan.
  2. Tahap penyusunan, tahap ini menjabarkan tugas pokok dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi secara visi dan misi yang dirancangkan oleh instansi. Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu identifikasi dan antisipasi masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.
  3. Tahap pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan seluruh kegiatan dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian, pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
  4. Tahap pengendalian, monitor, evaluasi dan penyesuaian, pada tahap ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam rencana stratejik melalui kegiatan keseluruhan dalam perusahaan.

Kekuatan dan Kelemaham Manajeman By Objective

Kekuatan MBO antara lain adalah: 

  1. MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.
  2. MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen.
  3. MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada niat yang baik maupun faktor personal.
  4. MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.

Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kekuatan Manajeman By Objective :
  1. Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
  2. Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran.
  3. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
  4. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi.
  5. Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan organisasi.
Menurut Nanang Fattah ada empat kekuatan dari Manajeman By Objective yaitu:
  • Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.
  • Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.
  • Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).
  • Pengawasan lebih efektif berkembang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari Manajeman By Objective adalah:
  • MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.
  • MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen.
  • MBO memfokuskan pada hasil akhir.
  • MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
  • Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
  • Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.
  • Pengawasan lebih efektif berkembang.
Kelamahan dari Manajeman By Objective adalah :
  1. Negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis.
  2. Adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
Menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal :
  1. Kelemahan-kelemahan yang melekat pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja.
  2. Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai fungsi.

Menurut Nanang Fattah ada empat kelemahan Manajeman By Objective :
  1. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.
  2. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
  3. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.
  4. Perubahan yng diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan Manajeman By Objective adalah:
  1. Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat.
  2. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
  3. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantitas.
  4. Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama.
  5. Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar